Kamis, 02 Mei 2013

BAB 28 KITAB BERKELILING KE ALAM NERAKA



BAB 28
BERKUNJUNG LAGI KE NERAKA KECIL KUMBANG BERACUN
TAHUN 1977, SA GWEE CAP KAUW













Chi Hoet:
Dewa Suci Budha Hoet turun ke bumi menolong manusia menerima murid untuk memberikan petunjuk, mengajar cara kebaikan hanya karena mau membantu manusia bisa kembali ke asalnya, bertapa menuju kesempurnaan. Begitu luasnya budi suci tidak tertandingi, diartikan sehari menjadi Guru seumur hidup menganggap ayah, maka harus mentaati pelajarannya, namun kini banyak terdapat murid-murid durhaka menjual nama Dewa Budha, sudah tidak bertapa demi kebaikan, namun mencemarkan nama baik Dewa, menipu uang, berbuat mesum, menjadi dukun palsu, tidak mau ke Surga lagi, namun rela menjadi setan di Neraka. Dosa ini benar-benar berat dan akan dihukum di Alam Baka tidak diampuni. Maka manusia yang masuk agama apapun, setelah menjadi murid dalam pintu agama, biar Bikhu, Pendeta dan sebagainya harus mentaati pelajarannya, jaga kesopanan, jangan sampai berbuat dosa. Yang Shen siap berangkat lagi ke Alam Baka, naik ke Teratai.
Yang Shen:
Saya sudah duduk, tidak tahu hari ini kita kemana?
Chi Hoet:
Tetap ke Neraka Kumbang Beracun melihat murid yang berbuat dosa. Tutup matamu, kita berangkat. Sudah tiba, turun.
Pejabat:
Selamat datang lagi, Chi Hoet dan Yang Shen kemari lagi.
Chi Hoet:
Karena sekarang banyak umat yang menjual agama, menipu, memperkosa, mencemarkan nama baik para Dewa, nama baik agama, maka kami kemari lagi untuk mencari bahan yang bisa dipakai sebagai cermin untuk menasehati manusia di dunia.
Pejabat:
Ya, silahkan masuk, saya akan melepaskan beberapa Roh untuk menceritakan dosanya.
Jendral:
Siap, sudah mengeluarkan tiga Roh dosa.
Pejabat:
Roh dosa dengarkan, yang ini adalah Chi Kung Budha dan yang ini adalah Yang Shen dari Tai Chung, Vihara Shen Shien, kemari atas Titah untuk mengarang buku Mengelilingi Alam Neraka. Kalian harus jujur menceritakan dosa yang kalian lakukan untuk menasehati manusia kenapa kalian dihukum disini.
Yang Shen:
Saya mau tanya tuan ini, kenapa kamu sampai dihukum disini?
Roh:
Waktu di dunia saya tingal di kampung dan menjabat sebagai Kepala Desa. Karena di kampung mau didirikan Kelenteng, saya ditugaskan untuk mengurus sumbangan, tetapi tidak jujur, uang hasil sumbangan saya sisihkan sebagian untuk dipakai sendiri, setelah meninggal baru tahu berdosa berat karena mengorupsi uang milik Dewa, maka dihukum kemari, kumbang beracun yang menyerang Roh dengan sadis, sudah sakit beracun lagi. Coba lihat, seluruh badan saya jadi bengkak, manusia di dunia harus jujur terhadap urusan agama, tidak boleh menggelapkan uang milik Dewa, kini saya sudah mendapatkan pembalasannya, seumur hidup saya hanya berbuat dosa ini, tidak berbuat dosa lain.
Pejabat:
Kamu sebagai Kepala Desa harusnya berbakti kepada masyarakat desa, memberikan contoh kebaikan. Kelenteng didirikan di kampung untuk menghormati Dewa Suci, kamu malah menggunakan kesempatan ini untuk menggelapkan uang. Dosa ini tidak bisa diampuni. Roh kedua cepat ceritakan dosamu.
Yang Shen:
Saya mau tanya Bikhu ini, kamu umat yang masuk pintu Budha, kok jatuh ke Neraka, bukan menuju ke Surga?
Roh:
Amitabha, sejak umur 15 tahun saya masuk biara untuk berbakti kepada Budha, bertapa dan belajar ajaran Budha, hati ingin bertapa sampai sempurna namun dasar saya tidak kuat sehingga sering menggelapkan uang sumbangan dari umat untuk keperluan pribadi. Saya tidak menyerahkan semua dana untuk memperbaiki biara atau membeli minyak. Kalau ada umat minta dibacakan doa, saya tidak sungguh-sungguh membacakannya. Kalau ada panggilan untuk doa, saya melihat siapa yang mengundang, bila yang mengundang itu orang miskin, saya menjawab tidak sempat. Bila yang mengundang itu orang kaya, saya berusaha benar-benar untuk menyenangkan hati mereka. Karena keserakahan saya, setelah meninggal, Guru Budha tidak menyambut, malah saya dikawal oleh Jendral Sapi Berwajah Kuda ke Neraka dan dihukum kesini.
Pejabat:
Kamu sebagai Bikhu mengasingkan diri ke biara, seharusnya berkelakuan baik, jujur untuk belajar ajaran Budha yang benar, harus tekun, tidak boleh serakah akan duniawi. Kamu lebih suka uang daripada kebaikan, maka bertentangan dengan ajaran Budha, harus dihukum.
Chi Hoet:
Mengabdi kepada Budha, mengasingkan diri dari duniawi sehingga merubah nama aslinya memang kelakuan ini mulia, namun tidak tahan ujian dunia, tidak merangkul kebaikan sebagai tujuan kehidupan, namun berhati duniawi maka tidak pantas disebut Hati Yang Mulia. Hilangkan tiga keinginan hati, lupakan kenikmatan duniawi baru bisa menemukan Budha Hoet, tidak bisa meninggalkan tiga racun lama sesat tetap akan Reinkarnasi ke enam jalanan, mengharap umat yang belajar agama yang masih mencintai duniawi maka sulit masuk ke Surga. Waktu sudah tiba, lain hari akan berkunjung kemari lagi, Yang Shen siap pulang.
Yang Shen:
Terima kasih atas bantuan Pejabat dan Jendral, sekarang kami mau pulang, permisi.
Chi Hoet:
Cepat naik ke Teratai.
Yang Shen:
Saya sudah duduk, silahkan Guru berangkat.
Chi Hoet:
Vihara Shen Shien sudah tiba. Yang Shen turun, Roh kembali ke badan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar