Selasa, 07 Mei 2013

BAB 41 KITAB BERKELILING KE ALAM NERAKA


BAB 41
MENGUNJUNGI MARKAS BESAR CABANG KOTA MENYAKSIKAN KEADAAN MANUSIA SETELAH MENINGGAL
TAHUN 1977, CAP GWEE JI CAP KAUW


Chi Hoet:
Sore tadi murid Vihara Shen Shien yang bernama Lai Shen Kuan, suaminya Wuang Wun Thak telah meninggal, sehingga saya berpikir "Sungguh pendeknya kehidupan ini, karena itu buat apa banyak perhitungan di segala bidang, bisa bekerja kalau napasnya masih ada, suatu hari si Hitam dan si Putih datang menjemput, tamatlah ajal ini, yang dinamakan uang, anak cucu kini kemana semuanya? Punya rumah tinggal kinipun terlepas, sebentar lagi badannya juga akan ditanam di kuburan. Manusia...sebenarnya apa yang sudah ia miliki?"
Yang Shen:
Guru, coba kamu lihat tuan Wuang sudah meninggal, Rohnya akan menuju kemana?
Chi Hoet:
Perjalanan di Alam Baka lewatlah sudah waktu ini, manusia setelah meninggal kemana lagi? Gunakan kesempatan mengarang buku ini biar saya beritahu keadaan manusia setelah meninggal.
Yang Shen:
Bagus, bagus, ini memang pertanyaan yang benar, manusia di dunia tahunya hanya setelah meninggal akan menuju ke Alam Baka, namun tidak tahu keadaan terjadinya meninggal, mohon Guru menjelaskannya.
Chi Hoet:
Boleh, kamu naik ke Teratai.
Yang Shen:
Siap, saya sudah duduk, silahkan Guru berangkat.
Chi Hoet:
Sudah tiba, cepat turun.
Yang Shen:
Tempat ini, saya tadi sudah kemari.
Chi Hoet:
Ya, coba kamu lihat, jasadnya tuan Wuang masih berbaring di ranjang, di depan terlihat para murid Vihara, kalian sedang membacakan doa dan anak-anaknya tuan Wuang sedang sedih kelihatannya.
Yang Shen:
Kenapa hanya terlihat jasadnya, tidak telihat Rohnya?
Chi Hoet:
Kamu naik lagi ke Teratai, saya akan mengajak kamu ke suatu tempat.
Yang Shen:
Saya sudah duduk lagi di Teratai, silahkan berangkat.
Chi Hoet:
Sudah tiba,cepat turun.
Yang Shen:
Kota ini kelihatannya sangat ramai, di depan terdapat sebuah markas besar, manusia di dunia tidak bisa melihat keadaan disini.
Chi Hoet:
Mari kita masuk ke dalam markas besar itu, temui kepalanya.
Kepala:
Selamat datang Chi Kung Budha dan Yang Shen, ada keperluan apa sampai kalian datang kemari?
Chi Hoet:
Karena wakil ketua Vihara Shen Shien suaminya meninggal dan Vihara Shen Shien yang ditunjuk atas Titah mengarang buku MENGELILINGI ALAM BAKA untuk membuka rahasia KEMATIAN, maka kami meninjau kemari.
Kepala:
Oh begitu, baiklah, silahkan kalian duduk, Jendral tuangkan teh.
Jendral:
Siap, silahkan minum.
Yang Shen:
Terima kasih, saya mau tanya, tugas apa yang dikerjakan markas ini?
Kepala:
Markas ini adalah cabang kota Tai Chung, markas semacam ini juga terdapat di kota lain di seluruh dunia, manusia di dunia tidak tahu ada tempat begini, markas ini seperti markas polisi yang terdapat di dunia, tugasnya khusus mengawal kelakuan manusia di dunia, Kelenteng Hoki/Dewa Bumi seperti kantor polisi sub-cabang masing-masing dibagi tugas, kalau manusia sudah mau tiba ajalnya, prajurit Alam Baka akan datang kemari membawa perintah, setelah mencocokkan berkas-berkas manusia tersebut, kemudian ke sub-cabang ke Kelenteng Hoki/Dewa Bumi bersama-sama menuju ke rumah manusia tersebut, maka terjadilah kematian itu.
Yang Shen:
Saya masih banyak pertanyaan, bagaimana caranya membawa orang yang jahat dan orang yang baik oleh prajurit Alam Baka.
Kepala:
Prajurit Alam Baka seperti Jendral Sapi Berwajah Kuda, si Hitam dan si Putih kalau sampai di rumah orang baik hanya menepak orang itu, diapun tidak sadarkan diri dan Rohnya sudah diajak pergi. Terhadap orang yang jahat digunakan borgol tangan untuk menangkap Roh tersebut kemudian dibawa, caranya seperti menangkap penjahat di dunia, lalu dibawa ke markas besar,coret namanya di dunia, mendaftarkan sebagai setan di Alam Baka.
Yang Shen:
Terhadap orang baik atau Pertapa, apakah diperlakukan dengan baik?
Kepala:
Ya, setiap manusia yang sudah berbuat amal kebaikan sehingga banyak jasa kebaikannya di Alam Baka, maka prajurit Alam Baka hanya melapor ke markas besar, kemudian Rohnya diajak oleh Dewa Hoki menuju ke Alam Baka, bagi Pertapa yang sudah sempurna atau umat yang sudah lulus, maka akan diajak oleh Gurunya masing-masing menurut kepercayaannya, ada yang diajak ke Alam Baka mengurusi berkas-berkas, ada yang ke Lapisan Sembilan untuk diuji lagi, untuk yang benar-benar sempurna, kebanyakan langsung diajak ke Surga.
Yang Shen:
Karena kepercayaan agama berbeda-beda, apakah naik ke Surga pun berbeda-beda caranya?
Kepala:
Biar lain agama, namun ajarannya sama, kalau mau naik ke Surga, harus jaga kelakuannya waktu masih hidup di dunia, kalau tidak perjalanan ke Surga pasti banyak halangannya, belum tentu bisa lancar kesana.
Chi Hoet:
Benar yang diutarakan oleh Kepala Umat Agama, paling pantang jika keras kepala, saling mengejek antara umat agama, berbuat jahat, kalau hati manusia sudah timbul keduniawiannya sehingga apa yang dilakukan mau menang sendiri, maka hatinya sudah hilang keseimbangan, harus dihukum di Neraka untuk dilatih kembali kalau mau menjadi manusia yang benar di dunia lagi.
Yang Shen:
Saya mau tanya pada kepala, sekarang Rohnya tuan Wuang ada dimana?
Kepala:
Saya akan mengajak kamu ke dalam ruangan sambil melihat-lihat.
Yang Shen:
Oh, tuan Wuang sedang duduk di dalam ruangan, keadaannya disini seperti di dalam kelas sekolah, hanya terdapat 5-6 orang di dalam. Tuan Wuang melihat saya, dia menganggukkan kepalanya, apakah saya boleh berbicara dengan dia?
Kepala:
Boleh, silahkan!
Yang Shen:
Apa kabar tuan Wuang?
Roh Wuang:
Terima kasih atas perhatian kamu,ai...u.
Yang Shen:
Tuan Wuang sekarang hanya bisa menangis menatap saya, tidak bisa banyak bicara lagi.
Chi Hoet:
Wuang Wun Thak, janganlah bersedih lagi, anak-anak kamu sudah besar-besar,punya istri yang baik, anak-anakpun berbakti, apa yang dikhawatirkan lagi?
Yang Shen:
Menangisnya Tuan Wuang kian menjadi.
Chi Hoet:
Pikirlah yang panjang, kita hanya sebagai tamu di kehiduapn ini, anggaplah bermain dan meninjau ke dunia ini, apa yang dipikirkan?
Roh Wuang:
Terima kasih atas nasehat Chi Hoet, saya mohon Chi Hoet banyak memperhatikan anak cucu saya, didiklah mereka ke ajaran yang benar, sering datang membantu ke Vihara, kini saya sudah jauh dari mereka, menjadi Roh disini atas lindungan jasa baik istri saya sehingga saya bisa diperlakukan baik oleh Dewa Hoki dan kepala markas, hanya hatiku masih sedih.
Yang Shen:
Harap tuan Wuang bisa tenang, Chi Hoet pun sudah banyak bicara. Yah, perjalanan kotor sudah habis, masih ada perjalanan suci yang harus dilewati, janganlah banyak bersedih.
Roh Wuang:
Saya hanya menyesal tidak sering berbakti ke Vihara...u...Terima kasih atas perhatian kamu dan para umat di Vihara.
Chi Hoet:
Karena waktu terbatas, tidak bisa lama-lama disini, mari kita ke kantor.
Pejabat:
Silahkan duduk, Yang Shen masih ada pertanyaan?
Yang Shen:
Mengenai KEMATIAN, sudah banyak orang bertanya pada saya, namun yang saya ketahui masih terbatas, bisakah kepala markas menjelaskannya lagi?
Kepala:
Tidak usah sungkan, ada pertanyaan silahkan tanya, Chi Hoet ada disini, kalau tidak mengerti akan dijelaskan juga olehNYA.
Yang Shen:
Bagaimana proses sesungguhnya kematian itu?
Kepala:
Manusia kalau mau meninggal kebanyakan ada tanda-tandanya, misalnya sakit. Kenapa bisa sakit, karena umur manusia hampir habis, seperti pohon jika mau roboh, daun-daunnya akan berjatuhan dan batang pepohonpun layu, begitu ditiup angin besar, pohonpun roboh dan mati. Manusia setelah lahir di Alam Baka langsung ada daftarnya, berkas-berkasnya seperti satu pohon, pohon itulah tandanya masing-masing manusia di dunia, kalau terdapat kelainan di pohon itu pertanda ada manusia yang akan tiba ajalnya, maka Pejabat di Istana Alam Baka akan periksa BUKU HIDUP DAN MATI, setelah waktunya tiba, prajurit Alam Baka akan membawa perintah ke dunia, memanggilnya pulang, begitu prajurit Alam Baka tiba, pohonpun layu dan roboh disebutlah KEMATIAN, Rohnya karena sudah melekat di badan sampai beberapa puluh tahun seperti tangkai pohon sudah menjadi satu dengan pohonnya, kini mau melepaskan diri dari badan, tangkai putus berikut kulit pohon, seperti kura-kura akan melepaskan kulit batok badannya akan terasa sakit,bisa dilihat wajah orang yang meninggal yang kelihatannya melotot, yang mengancing menggigit, perubahan wajah itu seperti habis berontak, tidak rela atau yang ketakutan pertanda dosanya berat atau masih penasaran, kalau wajahnya tenang seperti dalam tidur wajahnya seperti masih hidup pertanda kepergiannya tenang, rela dan ikhlas, itu terdapat kebanyakan pada orang yang baik hatinya.
Chi Hoet:
Manusia jika berhenti bernapas belum termasuk meninggal, contohnya batu batere, kalau lampu senter tidak menyala bukan berarti strumnya sudah habis, hanya karena sudah lemah, maka tidak memancarkan sinar lampunya. Jika manusia berhenti bernapas, lebih pantas disebut dalam keadaan "Koma", karena Rohnya belum benar-benar pergi hanya masih terikat "Diri sendiri di duniawi." Orang sudah meninggal namun hatinya belum bagaikan dalam mimpi masih teringat semuanya, hanya tidak bisa berbicara lagi, karena itu sebagai anak cucu harus menenangkan hatinya,berbisik di telinganya "Tenang, pergilah, segala urusan disini kami akan selesaikan, jangan khawatir lagi", tujuannya untuk menenangkan perjalanannya di Alam Baka dan jangan banyak khawatir apa yang jadi beban pikirannya,bagi yang percaya agama Budha boleh membaca Amitaba atau menurut caranya masing-masing agama membacakan doa di sampingnya akan menenangkan hatinya untuk menuju ke Alam Baka tidak usah takut lagi, karena orang yang meninggal, Rohnya masih bimbang seperti berjalan dalam kegelapan,jika dipanggil dengan nama Dewa Budha atau nama Nabi yang lain, selain menguatkan Rohnya berjalan juga memberanikan dirinya jadi tidak takut lagi. Dalam masa berkabung, sebagai anak-anaknya harus melakukan Ciak Cai, mengadakan upacara yang sederhana, tidak boleh minum minuman keras, makan daging maupun berhubungan badan, hal ini akan mengharukan kepala markas di cabang kota masing-masing dan mengirim surat ke Yiam Wong, ini bisa mengurangi dosa Roh itu, sebagai anak-anak orang harus perhatikan karena inipun satu cara yang baik untuk berbakti kepada orang tua. Waktu sudah tiba, kita siap pulang.
Yang Shen:
Tunggu dulu, akan kemana lagi setelah dari sini?
Kepala:
Karena surat pemberitahuan dari Dewa di Vihara Shen Shien, Roh tuan Wuang akan ke Istana Alam Baka dulu, kemudian diatur tempatnya setelah diperiksa jasa-jasa kebaikannya.
Chi Hoet:
Hal ini Yang Shen tidak usah banyak tahu, karena tidak boleh dibocorkan dulu, siap pulang.
Kepala:
Para Jendral berbaris, antarkan tamu.
Yang Shen:
Terima kasih, silahkan Guru berangkat.
Chi Hoet:
Vihara Shen Shien sudah tiba. Yang Shen turun Roh kembali ke badan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar