BAB 41
MENGUNJUNGI MARKAS BESAR CABANG
KOTA MENYAKSIKAN KEADAAN MANUSIA SETELAH MENINGGAL
TAHUN 1977, CAP GWEE JI CAP KAUW
|
Chi Hoet:
|
Sore tadi murid Vihara Shen Shien
yang bernama Lai Shen Kuan, suaminya Wuang Wun Thak telah meninggal, sehingga
saya berpikir "Sungguh pendeknya kehidupan ini, karena itu buat apa
banyak perhitungan di segala bidang, bisa bekerja kalau napasnya masih ada,
suatu hari si Hitam dan si Putih datang menjemput, tamatlah ajal ini, yang
dinamakan uang, anak cucu kini kemana semuanya? Punya rumah tinggal kinipun
terlepas, sebentar lagi badannya juga akan ditanam di kuburan.
Manusia...sebenarnya apa yang sudah ia miliki?"
|
Yang Shen:
|
Guru, coba kamu lihat tuan Wuang
sudah meninggal, Rohnya akan menuju kemana?
|
Chi Hoet:
|
Perjalanan di Alam Baka lewatlah
sudah waktu ini, manusia setelah meninggal kemana lagi? Gunakan kesempatan
mengarang buku ini biar saya beritahu keadaan manusia setelah meninggal.
|
Yang Shen:
|
Bagus, bagus, ini memang
pertanyaan yang benar, manusia di dunia tahunya hanya setelah meninggal akan
menuju ke Alam Baka, namun tidak tahu keadaan terjadinya meninggal, mohon
Guru menjelaskannya.
|
Chi Hoet:
|
Boleh, kamu naik ke Teratai.
|
Yang Shen:
|
Siap, saya sudah duduk, silahkan
Guru berangkat.
|
Chi Hoet:
|
Sudah tiba, cepat turun.
|
Yang Shen:
|
Tempat ini, saya tadi sudah
kemari.
|
Chi Hoet:
|
Ya, coba kamu lihat, jasadnya tuan
Wuang masih berbaring di ranjang, di depan terlihat para murid Vihara, kalian
sedang membacakan doa dan anak-anaknya tuan Wuang sedang sedih kelihatannya.
|
Yang Shen:
|
Kenapa hanya terlihat jasadnya,
tidak telihat Rohnya?
|
Chi Hoet:
|
Kamu naik lagi ke Teratai, saya
akan mengajak kamu ke suatu tempat.
|
Yang Shen:
|
Saya sudah duduk lagi di Teratai,
silahkan berangkat.
|
Chi Hoet:
|
Sudah tiba,cepat turun.
|
Yang Shen:
|
Kota ini kelihatannya sangat
ramai, di depan terdapat sebuah markas besar, manusia di dunia tidak bisa
melihat keadaan disini.
|
Chi Hoet:
|
Mari kita masuk ke dalam markas
besar itu, temui kepalanya.
|
Kepala:
|
Selamat datang Chi Kung Budha dan
Yang Shen, ada keperluan apa sampai kalian datang kemari?
|
Chi Hoet:
|
Karena wakil ketua Vihara Shen
Shien suaminya meninggal dan Vihara Shen Shien yang ditunjuk atas Titah
mengarang buku MENGELILINGI ALAM BAKA untuk membuka rahasia KEMATIAN, maka
kami meninjau kemari.
|
Kepala:
|
Oh begitu, baiklah, silahkan
kalian duduk, Jendral tuangkan teh.
|
Jendral:
|
Siap, silahkan minum.
|
Yang Shen:
|
Terima kasih, saya mau tanya,
tugas apa yang dikerjakan markas ini?
|
Kepala:
|
Markas ini adalah cabang kota Tai
Chung, markas semacam ini juga terdapat di kota lain di seluruh dunia,
manusia di dunia tidak tahu ada tempat begini, markas ini seperti markas
polisi yang terdapat di dunia, tugasnya khusus mengawal kelakuan manusia di
dunia, Kelenteng Hoki/Dewa Bumi seperti kantor polisi sub-cabang
masing-masing dibagi tugas, kalau manusia sudah mau tiba ajalnya, prajurit
Alam Baka akan datang kemari membawa perintah, setelah mencocokkan
berkas-berkas manusia tersebut, kemudian ke sub-cabang ke Kelenteng Hoki/Dewa
Bumi bersama-sama menuju ke rumah manusia tersebut, maka terjadilah kematian
itu.
|
Yang Shen:
|
Saya masih banyak pertanyaan,
bagaimana caranya membawa orang yang jahat dan orang yang baik oleh prajurit
Alam Baka.
|
Kepala:
|
Prajurit Alam Baka seperti Jendral
Sapi Berwajah Kuda, si Hitam dan si Putih kalau sampai di rumah orang baik
hanya menepak orang itu, diapun tidak sadarkan diri dan Rohnya sudah diajak
pergi. Terhadap orang yang jahat digunakan borgol tangan untuk menangkap Roh
tersebut kemudian dibawa, caranya seperti menangkap penjahat di dunia, lalu
dibawa ke markas besar,coret namanya di dunia, mendaftarkan sebagai setan di
Alam Baka.
|
Yang Shen:
|
Terhadap orang baik atau Pertapa,
apakah diperlakukan dengan baik?
|
Kepala:
|
Ya, setiap manusia yang sudah
berbuat amal kebaikan sehingga banyak jasa kebaikannya di Alam Baka, maka
prajurit Alam Baka hanya melapor ke markas besar, kemudian Rohnya diajak oleh
Dewa Hoki menuju ke Alam Baka, bagi Pertapa yang sudah sempurna atau umat
yang sudah lulus, maka akan diajak oleh Gurunya masing-masing menurut
kepercayaannya, ada yang diajak ke Alam Baka mengurusi berkas-berkas, ada
yang ke Lapisan Sembilan untuk diuji lagi, untuk yang benar-benar sempurna,
kebanyakan langsung diajak ke Surga.
|
Yang Shen:
|
Karena kepercayaan agama
berbeda-beda, apakah naik ke Surga pun berbeda-beda caranya?
|
Kepala:
|
Biar lain agama, namun ajarannya
sama, kalau mau naik ke Surga, harus jaga kelakuannya waktu masih hidup di
dunia, kalau tidak perjalanan ke Surga pasti banyak halangannya, belum tentu
bisa lancar kesana.
|
Chi Hoet:
|
Benar yang diutarakan oleh Kepala
Umat Agama, paling pantang jika keras kepala, saling mengejek antara umat
agama, berbuat jahat, kalau hati manusia sudah timbul keduniawiannya sehingga
apa yang dilakukan mau menang sendiri, maka hatinya sudah hilang
keseimbangan, harus dihukum di Neraka untuk dilatih kembali kalau mau menjadi
manusia yang benar di dunia lagi.
|
Yang Shen:
|
Saya mau tanya pada kepala,
sekarang Rohnya tuan Wuang ada dimana?
|
Kepala:
|
Saya akan mengajak kamu ke dalam
ruangan sambil melihat-lihat.
|
Yang Shen:
|
Oh, tuan Wuang sedang duduk di
dalam ruangan, keadaannya disini seperti di dalam kelas sekolah, hanya
terdapat 5-6 orang di dalam. Tuan Wuang melihat saya, dia menganggukkan
kepalanya, apakah saya boleh berbicara dengan dia?
|
Kepala:
|
Boleh, silahkan!
|
Yang Shen:
|
Apa kabar tuan Wuang?
|
Roh Wuang:
|
Terima kasih atas perhatian
kamu,ai...u.
|
Yang Shen:
|
Tuan Wuang sekarang hanya bisa
menangis menatap saya, tidak bisa banyak bicara lagi.
|
Chi Hoet:
|
Wuang Wun Thak, janganlah bersedih
lagi, anak-anak kamu sudah besar-besar,punya istri yang baik, anak-anakpun
berbakti, apa yang dikhawatirkan lagi?
|
Yang Shen:
|
Menangisnya Tuan Wuang kian
menjadi.
|
Chi Hoet:
|
Pikirlah yang panjang, kita hanya
sebagai tamu di kehiduapn ini, anggaplah bermain dan meninjau ke dunia ini,
apa yang dipikirkan?
|
Roh Wuang:
|
Terima kasih atas nasehat Chi
Hoet, saya mohon Chi Hoet banyak memperhatikan anak cucu saya, didiklah
mereka ke ajaran yang benar, sering datang membantu ke Vihara, kini saya
sudah jauh dari mereka, menjadi Roh disini atas lindungan jasa baik istri
saya sehingga saya bisa diperlakukan baik oleh Dewa Hoki dan kepala markas,
hanya hatiku masih sedih.
|
Yang Shen:
|
Harap tuan Wuang bisa tenang, Chi
Hoet pun sudah banyak bicara. Yah, perjalanan kotor sudah habis, masih ada
perjalanan suci yang harus dilewati, janganlah banyak bersedih.
|
Roh Wuang:
|
Saya hanya menyesal tidak sering
berbakti ke Vihara...u...Terima kasih atas perhatian kamu dan para umat di
Vihara.
|
Chi Hoet:
|
Karena waktu terbatas, tidak bisa
lama-lama disini, mari kita ke kantor.
|
Pejabat:
|
Silahkan duduk, Yang Shen masih
ada pertanyaan?
|
Yang Shen:
|
Mengenai KEMATIAN, sudah banyak
orang bertanya pada saya, namun yang saya ketahui masih terbatas, bisakah
kepala markas menjelaskannya lagi?
|
Kepala:
|
Tidak usah sungkan, ada pertanyaan
silahkan tanya, Chi Hoet ada disini, kalau tidak mengerti akan dijelaskan
juga olehNYA.
|
Yang Shen:
|
Bagaimana proses sesungguhnya
kematian itu?
|
Kepala:
|
Manusia kalau mau meninggal
kebanyakan ada tanda-tandanya, misalnya sakit. Kenapa bisa sakit, karena umur
manusia hampir habis, seperti pohon jika mau roboh, daun-daunnya akan
berjatuhan dan batang pepohonpun layu, begitu ditiup angin besar, pohonpun
roboh dan mati. Manusia setelah lahir di Alam Baka langsung ada daftarnya,
berkas-berkasnya seperti satu pohon, pohon itulah tandanya masing-masing
manusia di dunia, kalau terdapat kelainan di pohon itu pertanda ada manusia
yang akan tiba ajalnya, maka Pejabat di Istana Alam Baka akan periksa BUKU
HIDUP DAN MATI, setelah waktunya tiba, prajurit Alam Baka akan membawa
perintah ke dunia, memanggilnya pulang, begitu prajurit Alam Baka tiba,
pohonpun layu dan roboh disebutlah KEMATIAN, Rohnya karena sudah melekat di
badan sampai beberapa puluh tahun seperti tangkai pohon sudah menjadi satu
dengan pohonnya, kini mau melepaskan diri dari badan, tangkai putus berikut
kulit pohon, seperti kura-kura akan melepaskan kulit batok badannya akan
terasa sakit,bisa dilihat wajah orang yang meninggal yang kelihatannya
melotot, yang mengancing menggigit, perubahan wajah itu seperti habis
berontak, tidak rela atau yang ketakutan pertanda dosanya berat atau masih
penasaran, kalau wajahnya tenang seperti dalam tidur wajahnya seperti masih hidup
pertanda kepergiannya tenang, rela dan ikhlas, itu terdapat kebanyakan pada
orang yang baik hatinya.
|
Chi Hoet:
|
Manusia jika berhenti bernapas
belum termasuk meninggal, contohnya batu batere, kalau lampu senter tidak
menyala bukan berarti strumnya sudah habis, hanya karena sudah lemah, maka
tidak memancarkan sinar lampunya. Jika manusia berhenti bernapas, lebih
pantas disebut dalam keadaan "Koma", karena Rohnya belum
benar-benar pergi hanya masih terikat "Diri sendiri di duniawi."
Orang sudah meninggal namun hatinya belum bagaikan dalam mimpi masih teringat
semuanya, hanya tidak bisa berbicara lagi, karena itu sebagai anak cucu harus
menenangkan hatinya,berbisik di telinganya "Tenang, pergilah, segala
urusan disini kami akan selesaikan, jangan khawatir lagi", tujuannya
untuk menenangkan perjalanannya di Alam Baka dan jangan banyak khawatir apa
yang jadi beban pikirannya,bagi yang percaya agama Budha boleh membaca
Amitaba atau menurut caranya masing-masing agama membacakan doa di sampingnya
akan menenangkan hatinya untuk menuju ke Alam Baka tidak usah takut lagi,
karena orang yang meninggal, Rohnya masih bimbang seperti berjalan dalam
kegelapan,jika dipanggil dengan nama Dewa Budha atau nama Nabi yang lain,
selain menguatkan Rohnya berjalan juga memberanikan dirinya jadi tidak takut
lagi. Dalam masa berkabung, sebagai anak-anaknya harus melakukan Ciak Cai,
mengadakan upacara yang sederhana, tidak boleh minum minuman keras, makan
daging maupun berhubungan badan, hal ini akan mengharukan kepala markas di cabang
kota masing-masing dan mengirim surat ke Yiam Wong, ini bisa mengurangi dosa
Roh itu, sebagai anak-anak orang harus perhatikan karena inipun satu cara
yang baik untuk berbakti kepada orang tua. Waktu sudah tiba, kita siap
pulang.
|
Yang Shen:
|
Tunggu dulu, akan kemana lagi
setelah dari sini?
|
Kepala:
|
Karena surat pemberitahuan dari
Dewa di Vihara Shen Shien, Roh tuan Wuang akan ke Istana Alam Baka dulu,
kemudian diatur tempatnya setelah diperiksa jasa-jasa kebaikannya.
|
Chi Hoet:
|
Hal ini Yang Shen tidak usah
banyak tahu, karena tidak boleh dibocorkan dulu, siap pulang.
|
Kepala:
|
Para Jendral berbaris, antarkan
tamu.
|
Yang Shen:
|
Terima kasih, silahkan Guru
berangkat.
|
Chi Hoet:
|
Vihara Shen Shien sudah tiba. Yang
Shen turun Roh kembali ke badan.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar