Kamis, 02 Mei 2013

BAB 30 KITAB BERKELILING KE ALAM NERAKA



BAB 30
MENGUNJUNGI TINGKAT KE-LIMA MENEMUI SHEN LO WUANG
DAN MENINJAU PANGGUNG MELIHAT KAMPUNG HALAMAN
TAHUN 1977, SI GWEE CAP SA

Dewa:
Hari ini karena Chi Hoet ada urusan penting tidak bisa menemani Yang Shen keliling Alam Baka, saya mendapat perintah Giok Tee khusus menjemput Yang Shen untuk mengajaknya ke Alam Baka. Waktu sudah malam, bersiaplah untuk berangkat.
Yang Shen:
Yo Chian Dewa, hari ini merepotkan kamu untuk mengantar saya, banyak terima kasih. Kamu membawa seekor Anjing Langit, buat apa? Dulu Chi Hoet ajak saya selalu naik Teratai, kamu menggunakan benda apa agar bisa saya tumpang?
Dewa:
Chi Hoet punya Kumbang Teratai, saya tidak punya. Para Dewa Hoet punya ilmu. Hari ini, kamu dan saya menumpang Anjing Hitam ini saja.
Yang Shen:
Anjing jalannya pelan, kelihatannya galak, kalau orang asing mendekat mungkin digigit.
Dewa:
Ini bukan Anjing biasa tetapi Anjing Langit, sebagai alat saya untuk bepergian kemana-mana, dia cerdas mana bisa menggigit kamu.
Yang Shen:
Anjing larinya kurang cepat, saya takut terlambat nanti.
Dewa:
Yang Shen, kamu tenang saja, Anjing Langit punya kaki empat seperti mobil punya empat roda, begitu jalan tidak akan kalah cepat dengan Teratai, cepat naik.
Yang Shen:
Saya sudah duduk, Dewa duduk di depan saya, harus baik-baik nyetir, kalau tidak saya bisa terjatuh, wah bisa celaka.
Dewa:
Kamu tutup mata, tidak akan terjadi kecelakaan, tenang.
Yang Shen:
Tidak tahu hari ini ke tempat mana?
Dewa:
Hari ini pertama kali ke Tingkat ke-Lima. Jangan bertanya lagi, kita berangkat, sudah tiba, turunlah.
Yang Shen:
Wuah, benar-benar hanya terdengar suara desis di telinga, dalam sekejab mata sudah sampai di Alam Baka, tidak kalah hebatnya dengan Teratai.
Dewa:
Dewa Budha adalah satu keluarga, seperti manusia membeli dua buah mobil yang berlainan merek, sama-sama punya nama, namun hatilah yang bisa membedakan mana yang lebih baik. Hati seperti mesin, mesin kalau bagus ditambah jalanannya rata, maka perjalanan akan lancar.
Yang Shen:
Memang benar yang dikatakan oleh Dewa Guru, di depan kelihatan banyak orang yang berdesakan menuju ke panggung itu, ada Roh dosa pria dan wanita dikawal oleh prajurit Alam Baka, sebagian Roh tidak dikenal, semuanya maju ke panggung itu, kelihatannya mereka berseri-seri, bergembira menuju ke panggung, itu tempat apa?
Dewa:
Ini tempat Panggung Melihat Kampung Halaman, Roh dosa yang akan diserahkan ke Tingkat ke-Lima hatinya ingin menengok keadaan anak cucu atau keluarganya, dipanggung melihat kampung halaman ini ada yang jadi menangis, karena teringat kembali waktu masih hidup. Para Roh yang tidak berdosapun senang kemari, melihat-lihat keadaan keluarganya di dunia.
Yang Shen:
Di depan sudah tiba sebaris pasukan, gagah dan disiplin, tidak tahu ada orang besar dari mana.
Dewa:
Itu adalah Tingkat ke-Lima Shen Lo Wuang, Pejabat, Jendral dari Istana kemari mau menyambut kita, cepat beri salam.
Yang Shen:
Saya adalah Yang Shen dari Tai Chung, Vihara Shen Shien, karena dapat Titah mengarang buku unutk menasehati dunia, hari ini diantar Dewa Yo Chian ke Alam Baka,harap Shen Lo Wuang bisa banyak memberikan bantuan, agar tugas ini bisa lancar dan cepat selesai.
Yiam Wong:
Jasa AJARAN Vihara Shen Shien sungguh besar, mengajar kebaikan pada umatnya, banyak membuat buku amal untuk menasehati dunia sehingga banyak menyadarkan manusia. Saya mengurus Tingkat ke-Lima mengetahui banyak Roh yang kemari sudah membaca buku kebaikan dari Vihara kalian, sehingga berkurang dosa yang dilakukannya sampai saya bisa meringankan hukuman mereka, agar cepat Reinkarnasi atau meluruskan niat mereka supaya berhasil mencapai kesempurnaan.
Yang Shen:
Banyak terima kasih atas perhatian Yiam Wong, yang salah atau yang benar pasti ada keadilannya, ada yang berjasa bisa diampuni oleh Yiam Wong.
Yiam Wong:
Jangan bersujud, cepat bangun. Dewa Yo Chian dan Yang Shen ikut saya ke Istana untuk istirahat sebentar.
Dewa:
Karena waktu tidak banyak, lain hari baru bertamu ke Istana, sekarang saya ingin mengajak Yang Shen ke Pangung Melihat Kampung Halaman.
Yiam Wong:
Kalau begitu saya juga tidak memaksa, mari saya ajak kalian melihat ke panggung juga boleh.
Yang Shen:
Terima kasih Yiam Wong.
Yiam Wong:
Setiap Roh ke Tingkat ke-Lima pasti melewati panggung ini, sekalian untuk menengok keadaan anak cucu sendiri di dunia, karena kebanyakan Roh masih memikirkan saudaranya atau masih rindu pada anak cucu mereka, yang berdosa maupun tidak, semua ingin ke panggung ini untuk melihat-lihat.
Yang Shen:
Memang ini kebiasaan manusia, disana ada seorang kakek dikawal oleh prajurit Alam Baka, setelah melihat di atas panggung, dia jadi menangis, sungguh sedih kelihatannya, kenapa ya?
Yiam Wong:
Karena kakek ini pernah berbuat dosa di dunia, kini dihukum di Neraka, dari panggung melihat anak cucu seperti tidak bersedih, ada yang sedang menonton TV di ruangan, bermain di halaman, sama sekali tidak ingat pada leluhurnya, maka kakek ini berpikir dalam hati, betapa sulitnya membesarkan anaknya, sekarang mereka tidak ingat pada dia, hatinya menjadi sedih.
Dewa:
Waktu hidup tidak baik-baik menjadi manusia, setelah meninggal mengharap anak cucu menolong, sungguh sulit jadinya, karena anak cucu ada yang sama sekali tidak percaya adanya setan dan Dewa atau Karma, mereka tidak bisa berjasa menolong leluhurnya. Kini Roh sampai ke Alam Baka mau menyesal sudah terlambat, lebih bagus kalau dirinya masih mempunyai napas waktu di dunia, banyak melakukan amal kebaikan, menolong sesama ini baru aman.
Yang Shen:
Kok yang dilihat oleh saya di atas panggung Melihat Kampung Halaman tidak ada apa-apa, sepertinya kosong.
Dewa:
Mata kamu masih mata dunia, biarpun Chi Hoet telah memandikan kamu di Kolam Bersihkan Diri, namun masih menetap di dunia jadi penuh dengan kotoran duniawi. Maka mata kamu tidak tembus pandang di panggung ini. Ini adalah mesin yang sungguh ajaib.
Yiam Wong:
Banyak kotoran duniawi, matapun tidak bisa tembus pandang, perintahkan Pejabat cepat ambil air bersih untuk cuci mata Yang Shen.
Pejabat:
Siap, sudah ambil air bersih. Silahkan Yiam Wong.
Yiam Wong:
Berikan saya. Yang Shen buka kedua matamu, cuci pakai air bersih ini.
Yang Shen:
Terima kasih Yiam Wong memberikan air bersih ini, setelah dicuci kedua mata saya terasa sejuk.
Yiam Wong:
Sekarang coba kamu lihat lagi di Panggung Lihat Kampung Halaman.
Yang Shen:
Oh, sungguh enak. Kelihatan semuanya di dalam ruangan Vihara Shen Shien, para murid berbarisan bagi dua, melindungi dengan membaca doa dan badan saya berdiri di depan meja tulis. Giok Shi Thum Chie sedang memegang badan saya menulis, juga kakak seperguruan Kakak Li dan pencatat kakak Wang yang sedang menulis pula di samping meja, kakak Lim mulutnya sedang berbicara seperti nonton film nih.
Yiam Wong:
Keajaiban Panggung Lihat Kampung Halaman tidak bisa diutarakan. Di Vihara kalian, Giok Shi Thum Chie menggunakan Mata Dewa menangkap suara yang keluar dari mulutmu dan menulis keadaan yang terjadi di Alam Baka. Matanya Giok Shi Thum Chie sama seperti Panggung Lihat Kampung Halaman, bisa tembus pandang keadaan Alam Dunia dan Alam Baka.
Yang Shen:
Benda-benda yang tercipta di langit dan di dunia benar-benar ajaib, di depan ada satu Roh, dia tidak dikawal oleh prajurit Alam Baka, hanya diantar dan dipersilahkan melihat ke panggung. Setelah melihat, dia tersenyum, apa yang terjadi?
Yiam Wong:
Roh ini waktu di dunia, hatinya baik nan mulia, banyak sembahyang hanya jasanya tidak besar dan belum lama meninggal. Sekarang terlihat oleh dia anak cucunya sedang sembahyang di meja abunya sehingga dia jadi terharu, karena dia telah bebas dari Alam Dunia, walau jasanya kecil namun mati dan perpisahan tidak bisa dihindari, maka dia sedih kelihatannya, di kemudian hari dia akan ditempatkan ke Ruangan Kumpulkan Kebaikan untuk melatih diri. Setelah lulus akan menjabat sebagai Sin Beng (Dewa yang menetap di biara atau Kelenteng).
Yang Shen:
Saya ada satu pertanyaan, kenapa Roh setiba di panggung langsung bisa melihat keadaan di dunia dan tadi saya tidak melihat apa-apa?
Yiam Wong:
Karena kamu adalah manusia dunia, Rohmu masih menyatu di badan, hawa Alam Dunia belum putus, maka tidak bisa melihat semua dalam Alam Baka disini, namun jika manusia sudah meninggal, Rohnya berpisah dari Alam Dunia dan ke Alam Baka, kehidupan berubah maka bisa masuk ke Alam Baka melihat ke alam dunia dan Rohpun bisa berubah-rubah, kalau manusia tidak bisa.
Dewa:
Karena waktu sudah tiba, terima kasih Yiam Wong dan Pejabat, kami mau pulang ke Vihara.
Yang Shen:
Terima kasih atas bantuan Yiam Wong dan Pejabat, kami permisi, lain hari datang lagi.
Yiam Wong:
Perintahkan Pejabat dan Jendral berbaris untuk mengantar tamu.
Dewa:
Yang Shen, cepat jalan.
Yang Shen:
Ya, saya lihat di jidat Dewa terdapat mata satu lagi, apa gunanya mata ketiga ini?
Dewa:
Mata satu ini adalah Mata Langit, tiga mata menyatu menjadi satu, matahari, bulan dan bintang saling melihat, jasanya pun besar, khusus menangkap setan atau jin yang ada di dunia. Jika melihat saya, mereka bisa ketakutan.
Yang Shen:
Begitu lihai, benar-benar mata banyak artinya.
Dewa:
Kamu jangan anggap enteng, yang punya pendirian, kepala akan angkat melihat lebih jauh. Melihat Dewa ada di atas, mana berani lagi berbuat kejahatan.
Yang Shen:
Baru pertama kali ketemu Dewa Guru, saya tidak berani memandang rendah Dewa Guru, hanya sedikit humor, jangan marah ya.
Dewa:
Oh, tidak. Cepat naik Anjing Langit, siap pulang.
Yang Shen:
Saya sudah duduk, silahkan Guru berangkat.
Dewa:
Vihara Shen Shien sudah tiba. Yang Shen turun, Roh kembali ke badan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar