Selasa, 07 Mei 2013

BAB 45 KITAB BERKELILING KE ALAM NERAKA


BAB 45
MENGUNJUNGI NERAKA KECIL BERJONGKOK BADAN MENGANGKAT BATU
TAHUN 1977, CAP JI GWEE CHE KAUW











 
Chi Hoet:
Tahun Ular akan berakhir dan tahun Kuda segera tiba, harapan di tahun Kuda bisa lebih maju dan berhasil, namun kalau kamu berhasil harus lebih giat mencari, memacu diri seperti memacu kuda, tidak takut kesulitan maupun kesusahan, berjuang bagaikan sifatnya kuda, lebih-lebih bagi orang yang bertapa, belajarlah sifat kuda yang tidak kenal lelah itu, maju terus sampai tecapai cita-citanya, jangan sampai kudanya sudah tua, akan ketinggalan. Hari ini siap mengelilingi Alam Baka lagi, Yang Shen cepat naik ke Teratai.
Yang Shen:
Saya sudah duduk, silahkan berangkat. Hari ini kita mau menuju ke Neraka mana?
Chi Hoet:
Ke NERAKA KECIL BERJONGKOK BADAN MENGANGKAT BATU di wilayah Tingkat ke-Tujuh, siap berangkat...sudah tiba, Yang Shen cepat turun.
Yang Shen:
Benar-benar cepat jalannya, terasa baru duduk di Teratai, menutup mata seperti menumpang pesawat yang super cepat, hanya terdengar suara angin, sekarang sudah tiba.
Chi Hoet:
Manusia juga ibarat pesawat yang sedang terbang, di dalam mesinnya tidak boleh ada gangguan sedikitpun, kalau tidak bisa berbahaya, jatuh ke jurang dalam tidak ada ampun lagi, ini bisa terjadi hanya dalam sekejap mata waktunya, seperti manusia juga mau naik atau mau turun, hanya dalam keputusan yang sesingkat itu, telah terjadi apa yang diinginkan atau yang tidak dinginkan itu, maka nasehatilah manusia, kemudikanlah tujuan yang benar, menuju arah yang benar biarpun dalam badai, namun tetap melaju menurut Kompas Hati baru tidak akan terjadi kecelakaan, seperti Teratai ini biar terapung di atas air yang sungguh kotor, namun jika kita tenang bisa mendudukinya, kalau tidak dia akan tenggelam, kamu memang Hoki (beruntung) bisa duduk di Teratai ini, baik-baiklah menggunakan kesempatan yang baik ini, cepat beri salam kepada Pejabat dan Jendral.
Yang Shen:
Siap, salam jumpa Pejabat dan Jendral, saya adalah Yang Shen dari Vihara Shen Shien, hari ini bersama Guru atas Titah kemari meninjau, harap Pejabat banyak memberikan bantuan.
Pejabat:
Selamat datang, atas Titah mengarang buku adalah tugas yang mulia, silahkan masuk meninjau.
Yang Shen:
Terima kasih, di dalam sedang ada kerjaan mau membangun. Roh dosa yang kecil maupun yang besar masing-masing mengangkat batu, apakah disini mau membangun rumah baru?
Pejabat:
Disini sudah tidak perlu membangun rumah lagi, ini hanyalah hukuman.
Yang Shen:
Pantas mereka pindahkan batu-batu sampai menarik napas terus, batu yang besar diangkat ke atas kepala, dipegang kedua tangan, badanpun hanya bisa berjongkok jalan, karena batu sangat berat, jalannya hanya bisa selangkah demi selangkah, ada Roh dosa yang sudah tidak kuat lagi sehingga jatuh dan akhirnya ditindih oleh batu besar sehingga badan, tangan dan kakinya patah, orangnya pingsan dan disiram Air Mengembalikan Roh oleh prajurit Alam Baka. Dia sadar lagi dan memegang batu lagi untuk diangkat kembali, hukuman ini kelihatannya agak kaku, namun justru sebagai sebagai hukuman yang ampuh.
Pejabat:
Roh dosa ini sedang melatih ilmu Kepala Besi karena waktu masih hidup, mereka keras kepala, sombong atau menjadi Guru orang lain, tidak tahu akan derajat diri sendiri atau yang tidak menghormati Guru, melanggar peraturan, setelah meninggal terpaksa berlatih disini.
Yang Shen:
Pejabat, apakah boleh memanggil beberapa Roh dosa, biar bisa menceritakan perbuatan mereka di masa hidupnya?
Pejabat:
Boleh, saya akan panggil mereka, silahkan Yang Shen bertanya.
Yang Shen:
Saya mau tanya tuan ini, kenapa kamu dihukum kemari memindahkan batu?
Roh:
Sungguh malu kalau diceritakan, saya menjadi Guru di sekolah, karena melihat di antara murid saya ada yang cukup cantik, sehingga memanfaatkan peluang mengajar, setengah menggoda dan memaksakan sehingga terjadi hubungan badan, walaupun urusan ini tidak pernah terbongkar, namun setelah meninggal tidak bisa lolos dari Yiam Wong, setelah masuk ke Neraka, selain dihukum di tingkat lain, saya juga diserahkan ke Tingkat ke-7, Thai San Wuang sunguh marah besar, memaki saya sebagai seorang Guru tidak bisa menjaga citra diri, malahan berbuat kehinaan menyiksa murid, maka harus dihukum di Neraka ini mengangkat batu biar kepala ini tidak bisa menengok lagi.
Pejabat:
Kamu adalah seorang Guru, tapi tidak tahu malu, memperkosa murid, sungguh dosa yang besar, sekarang biar batu itu menindih kepala kamu, jangan melihat orang lagi, rasakan malu itu. Untuk ini nasehatilah manusia, baik yang menjadi Guru di sekolah maupun Guru di bidang lain, ciptakanlah hubungan yang rukun antara murid-muridnya, saling menghormati bagaikan hubungan orang tua dengan anak-anaknya. Yang Shen teruskan bertanya.
Yang Shen:
Tuan ini wajahnya kelihatan seperti orang yang cukup terlatih dan kepalanya botak, kenapa kamu melatih ilmu disini.
Roh:
Janganlah bercanda, justru karena kepala saya botak maka lebih terasa sakit hukuman ini. Waktu masih di dunia, saya sebagai umat Budha, setelah masuk Pintu Suci sudah banyak membaca buku Keng (Kitab Suci), dan saya menganggap diri cukup pandai, mungkin sudah melebihi Guru, maka saya menganggap diri sendiri yang pantas menjadi Guru, maka sering menceritakan kekurangan Guru lain kepada murid-murid, setelah meninggal, karena dosa menghina Guru sehingga saya disidang, Yiam Wong mengatakan pada saya bahwa saya sudah cukup pintar, namun harus menggunakan kepintaran untuk menolong orang lain bukan sebaliknya membanggakan diri sebagai Guru, karena itu harus dihukum, setiap hari mengangkat batu, berjalan jongkok agar dosa itu bisa terhapus.
Chi Hoet:
Murid punya bakat, manfaatkanlah sebaik-baiknya, biar kita punya kelebihan, namun harus tetap menghormati Guru, harus mengerti karena muridnya berhasil atas jasa Gurunya. Sayang manusia sekarang kebanyakan hanya melihat kenyataan, belum lulus benar dari pelajarannya, sudah meninggalkan perguruan, hanya mementingkan mencari uang sehingga melupakan ajaran Guru.
Yang Shen:
Saya mau tanya tuan ini, kenapa kamu juga dihukum kemari?
Roh:
Waktu di dunia, saya memang kaya dan pintar berbicara, karena itulah menjadi sombong, sering memandang rendah orang yang miskin atau menindas orang yang susah, menggunakan kedudukan saya, sering menjelekkan orang lain, karena dosa ini saya sampai dihukum disini, sebetulnya saya tidak rela. Mohon Chi Kung Budha bisa membantu memberikan saya keadilan.
Chi Hoet:
Boleh, boleh, berikan dulu uangmu, kalau tidak ada uang bicaranya agak sulit dan tidak mau didengarkan orang lain, jika ada uang saya akan memohon Pejabat Neraka mengurangi dosamu.
Roh:
Terima kasih Chi Hoet mau menolong saya, hanya sekarang saya tidak punya uang, semua tertinggal di dunia, dipakai anak cucu saya, bagaimana ya?
Chi Hoet:
Jangan bermimpi lagi, punya uang, punya kedudukan, orang lainpun menunduk. Tidak punya uang, tidak punya kedudukan, sendirilah yang menunduk, kenapa kamu begitu sombong waktu masih hidup, sekarang mana uang dan kedudukanmu? Baik-baiklah terima hukuman disini.
Pejabat:
Kamu sungguh jahat, sampai sekarang masih ingin menggunakan kedudukan menindas orang lain. Yiam Wong tegas tidak bisa disogok oleh uang, tadi Chi Hoet hanya meledek kamu, tapi kamu tidak mengerti. Lain kali jangan sembarangan bicara, kalau tidak, hukumanmu akan ditambah lagi.
Chi Hoet:
Jalanan dibuatkan biar orang bisa melewati, bukan untuk dimiliki, manusia tidak akan selamanya berkedudukan tinggi dan duduk di atas terus, setelah kehilangan kedudukan, maka dia akan diludahi, apalagi terlalu sombong, menghina orang lain, angkuh, tidak mau merendah sedikitpun, setelah meninggal biar dia merasakan beratnya batu itu. Waktu sudah tiba, permisi kami mau pulang.
Yang Shen:
Terima kasih Pejabat dan Jendral, kami sudah merepotkan kalian, selamat tinggal.
Pejabat:
Ini memang tugas kami, para Jendral berbaris, antar tamu.
Chi Hoet:
Yang Shen naik ke Teratai.
Yang Shen:
Siap, saya sudah duduk, silahkan Guru berangkat.
Chi Hoet:
Vihara Shen Shien sudah tiba, Yang Shen rurun, Roh kembali ke badan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar