BAB
45
MENGUNJUNGI
NERAKA KECIL BERJONGKOK BADAN MENGANGKAT BATU
TAHUN
1977, CAP JI GWEE CHE KAUW
|
|||||
Chi Hoet:
|
Tahun Ular akan berakhir dan tahun
Kuda segera tiba, harapan di tahun Kuda bisa lebih maju dan berhasil, namun
kalau kamu berhasil harus lebih giat mencari, memacu diri seperti memacu
kuda, tidak takut kesulitan maupun kesusahan, berjuang bagaikan sifatnya
kuda, lebih-lebih bagi orang yang bertapa, belajarlah sifat kuda yang tidak
kenal lelah itu, maju terus sampai tecapai cita-citanya, jangan sampai
kudanya sudah tua, akan ketinggalan. Hari ini siap mengelilingi Alam Baka
lagi, Yang Shen cepat naik ke Teratai.
|
Yang Shen:
|
Saya sudah duduk, silahkan
berangkat. Hari ini kita mau menuju ke Neraka mana?
|
Chi Hoet:
|
Ke NERAKA KECIL BERJONGKOK BADAN
MENGANGKAT BATU di wilayah Tingkat ke-Tujuh, siap berangkat...sudah tiba,
Yang Shen cepat turun.
|
Yang Shen:
|
Benar-benar cepat jalannya, terasa
baru duduk di Teratai, menutup mata seperti menumpang pesawat yang super
cepat, hanya terdengar suara angin, sekarang sudah tiba.
|
Chi Hoet:
|
Manusia juga ibarat pesawat yang
sedang terbang, di dalam mesinnya tidak boleh ada gangguan sedikitpun, kalau
tidak bisa berbahaya, jatuh ke jurang dalam tidak ada ampun lagi, ini bisa
terjadi hanya dalam sekejap mata waktunya, seperti manusia juga mau naik atau
mau turun, hanya dalam keputusan yang sesingkat itu, telah terjadi apa yang
diinginkan atau yang tidak dinginkan itu, maka nasehatilah manusia,
kemudikanlah tujuan yang benar, menuju arah yang benar biarpun dalam badai,
namun tetap melaju menurut Kompas Hati baru tidak akan terjadi kecelakaan,
seperti Teratai ini biar terapung di atas air yang sungguh kotor, namun jika
kita tenang bisa mendudukinya, kalau tidak dia akan tenggelam, kamu memang
Hoki (beruntung) bisa duduk di Teratai ini, baik-baiklah menggunakan
kesempatan yang baik ini, cepat beri salam kepada Pejabat dan Jendral.
|
Yang Shen:
|
Siap, salam jumpa Pejabat dan
Jendral, saya adalah Yang Shen dari Vihara Shen Shien, hari ini bersama Guru
atas Titah kemari meninjau, harap Pejabat banyak memberikan bantuan.
|
Pejabat:
|
Selamat datang, atas Titah
mengarang buku adalah tugas yang mulia, silahkan masuk meninjau.
|
Yang Shen:
|
Terima kasih, di dalam sedang ada
kerjaan mau membangun. Roh dosa yang kecil maupun yang besar masing-masing
mengangkat batu, apakah disini mau membangun rumah baru?
|
Pejabat:
|
Disini sudah tidak perlu membangun
rumah lagi, ini hanyalah hukuman.
|
Yang Shen:
|
Pantas mereka pindahkan batu-batu
sampai menarik napas terus, batu yang besar diangkat ke atas kepala, dipegang
kedua tangan, badanpun hanya bisa berjongkok jalan, karena batu sangat berat,
jalannya hanya bisa selangkah demi selangkah, ada Roh dosa yang sudah tidak
kuat lagi sehingga jatuh dan akhirnya ditindih oleh batu besar sehingga
badan, tangan dan kakinya patah, orangnya pingsan dan disiram Air
Mengembalikan Roh oleh prajurit Alam Baka. Dia sadar lagi dan memegang batu
lagi untuk diangkat kembali, hukuman ini kelihatannya agak kaku, namun justru
sebagai sebagai hukuman yang ampuh.
|
Pejabat:
|
Roh dosa ini sedang melatih ilmu
Kepala Besi karena waktu masih hidup, mereka keras kepala, sombong atau
menjadi Guru orang lain, tidak tahu akan derajat diri sendiri atau yang tidak
menghormati Guru, melanggar peraturan, setelah meninggal terpaksa berlatih
disini.
|
Yang Shen:
|
Pejabat, apakah boleh memanggil
beberapa Roh dosa, biar bisa menceritakan perbuatan mereka di masa hidupnya?
|
Pejabat:
|
Boleh, saya akan panggil mereka,
silahkan Yang Shen bertanya.
|
Yang Shen:
|
Saya mau tanya tuan ini, kenapa
kamu dihukum kemari memindahkan batu?
|
Roh:
|
Sungguh malu kalau diceritakan,
saya menjadi Guru di sekolah, karena melihat di antara murid saya ada yang
cukup cantik, sehingga memanfaatkan peluang mengajar, setengah menggoda dan
memaksakan sehingga terjadi hubungan badan, walaupun urusan ini tidak pernah
terbongkar, namun setelah meninggal tidak bisa lolos dari Yiam Wong, setelah
masuk ke Neraka, selain dihukum di tingkat lain, saya juga diserahkan ke
Tingkat ke-7, Thai San Wuang sunguh marah besar, memaki saya sebagai seorang
Guru tidak bisa menjaga citra diri, malahan berbuat kehinaan menyiksa murid,
maka harus dihukum di Neraka ini mengangkat batu biar kepala ini tidak bisa
menengok lagi.
|
Pejabat:
|
Kamu adalah seorang Guru, tapi
tidak tahu malu, memperkosa murid, sungguh dosa yang besar, sekarang biar
batu itu menindih kepala kamu, jangan melihat orang lagi, rasakan malu itu.
Untuk ini nasehatilah manusia, baik yang menjadi Guru di sekolah maupun Guru
di bidang lain, ciptakanlah hubungan yang rukun antara murid-muridnya, saling
menghormati bagaikan hubungan orang tua dengan anak-anaknya. Yang Shen
teruskan bertanya.
|
Yang Shen:
|
Tuan ini wajahnya kelihatan
seperti orang yang cukup terlatih dan kepalanya botak, kenapa kamu melatih
ilmu disini.
|
Roh:
|
Janganlah bercanda, justru karena
kepala saya botak maka lebih terasa sakit hukuman ini. Waktu masih di dunia,
saya sebagai umat Budha, setelah masuk Pintu Suci sudah banyak membaca buku
Keng (Kitab Suci), dan saya menganggap diri cukup pandai, mungkin sudah
melebihi Guru, maka saya menganggap diri sendiri yang pantas menjadi Guru,
maka sering menceritakan kekurangan Guru lain kepada murid-murid, setelah
meninggal, karena dosa menghina Guru sehingga saya disidang, Yiam Wong
mengatakan pada saya bahwa saya sudah cukup pintar, namun harus menggunakan
kepintaran untuk menolong orang lain bukan sebaliknya membanggakan diri
sebagai Guru, karena itu harus dihukum, setiap hari mengangkat batu, berjalan
jongkok agar dosa itu bisa terhapus.
|
Chi Hoet:
|
Murid punya bakat, manfaatkanlah
sebaik-baiknya, biar kita punya kelebihan, namun harus tetap menghormati
Guru, harus mengerti karena muridnya berhasil atas jasa Gurunya. Sayang
manusia sekarang kebanyakan hanya melihat kenyataan, belum lulus benar dari
pelajarannya, sudah meninggalkan perguruan, hanya mementingkan mencari uang
sehingga melupakan ajaran Guru.
|
Yang Shen:
|
Saya mau tanya tuan ini, kenapa
kamu juga dihukum kemari?
|
Roh:
|
Waktu di dunia, saya memang kaya
dan pintar berbicara, karena itulah menjadi sombong, sering memandang rendah
orang yang miskin atau menindas orang yang susah, menggunakan kedudukan saya,
sering menjelekkan orang lain, karena dosa ini saya sampai dihukum disini,
sebetulnya saya tidak rela. Mohon Chi Kung Budha bisa membantu memberikan
saya keadilan.
|
Chi Hoet:
|
Boleh, boleh, berikan dulu uangmu,
kalau tidak ada uang bicaranya agak sulit dan tidak mau didengarkan orang
lain, jika ada uang saya akan memohon Pejabat Neraka mengurangi dosamu.
|
Roh:
|
Terima kasih Chi Hoet mau menolong
saya, hanya sekarang saya tidak punya uang, semua tertinggal di dunia,
dipakai anak cucu saya, bagaimana ya?
|
Chi Hoet:
|
Jangan bermimpi lagi, punya uang,
punya kedudukan, orang lainpun menunduk. Tidak punya uang, tidak punya
kedudukan, sendirilah yang menunduk, kenapa kamu begitu sombong waktu masih
hidup, sekarang mana uang dan kedudukanmu? Baik-baiklah terima hukuman
disini.
|
Pejabat:
|
Kamu sungguh jahat, sampai
sekarang masih ingin menggunakan kedudukan menindas orang lain. Yiam Wong
tegas tidak bisa disogok oleh uang, tadi Chi Hoet hanya meledek kamu, tapi
kamu tidak mengerti. Lain kali jangan sembarangan bicara, kalau tidak,
hukumanmu akan ditambah lagi.
|
Chi Hoet:
|
Jalanan dibuatkan biar orang bisa
melewati, bukan untuk dimiliki, manusia tidak akan selamanya berkedudukan
tinggi dan duduk di atas terus, setelah kehilangan kedudukan, maka dia akan
diludahi, apalagi terlalu sombong, menghina orang lain, angkuh, tidak mau
merendah sedikitpun, setelah meninggal biar dia merasakan beratnya batu itu.
Waktu sudah tiba, permisi kami mau pulang.
|
Yang Shen:
|
Terima kasih Pejabat dan Jendral,
kami sudah merepotkan kalian, selamat tinggal.
|
Pejabat:
|
Ini memang tugas kami, para
Jendral berbaris, antar tamu.
|
Chi Hoet:
|
Yang Shen naik ke Teratai.
|
Yang Shen:
|
Siap, saya sudah duduk, silahkan
Guru berangkat.
|
Chi Hoet:
|
Vihara Shen Shien sudah tiba, Yang
Shen rurun, Roh kembali ke badan.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar